Opini - Pilpres 2024

Mendekati tahun 2024, khazanah perpolitikan tanah air semakin ramai dengan sejumlah manuver yang dilakukan oleh partai politik, calon presiden, simpatisan partai, serta buzzer di dunia maya. Saat ini sudah ada 3 orang yang menyatakan diri akan maju sebagai calon presiden Indonesia pada Pemilu 2024 nanti, salah satu di antaranya sudah mengumumkan nama yang akan diusung menjadi calon wakil presiden.

Sementara itu para pendukung, simpatisan, dan buzzer sudah ramai menggiring calon pemilih untuk memilih calon presiden yang dijagokannya. Ini adalah suasana yang wajar dan selalu terjadi setiap 5 tahun sekali, namun kalau saya perhatikan ini mereka masih banyak yang menggunakan pola klise yang selalu diulang. Saling sindir, mengungkit blunder yang pernah dilakukan pasangan lain, saling klaim capres yang diusungnya sebagai yang paling hebat karena paling Pancasilais, atau mendekati kelompok yang berpotensi memberikan banyak suara adalah pola yang masih sering dipakai. 

Sebaiknya cara-cara klise tersebut ditinggalkan. Kita tidak boleh lupa pada 2019 lalu, tidak jarang hubungan pertemanan bahkan hubungan kekeluargaan kandas akibat terlalu fanatik mendukung capres. Tanpa kita sadari, pemilih hanya dilihat sebagai angka, yang mencalonkan diri belum tentu bisa melakukan hal yang maksimal untuk menjalankan amanah yang didapatnya. Kita tidak boleh lupa seberapa militannya buzzer dan masyarakat yang terpancing untuk menjelekkan salah satu calon pada waktu itu. Begitu kuatnya polaritas yang terjadi, waktu itu sampai pernah diberitakan di media angka perceraian meningkat bahkan ada kasus pembunuhan hanya akibat beda pilihan capres. Sudah ada yang hilang nyawa, namun sekarang apa yang terjadi, capres-capres yang bertarung pada waktu itu sudah bergabung ke dalam kubu yang sama, lantas buat apa dulu sampai ada yang bunuh-bunuhan. Belur yang kita dapat, yang di atas sudah lupa.

Maka dari itu, sebaiknya dalam menyikapi kontestansi pilpres kita menyikapinya dengan bijaksana. Tidak perlulah terlalu fanatik membela capres-capres, sebagai pemilih sebaiknya mengambil posisi kritis - jangan gampang terbuai janji2 kampanye - pasang ekspektasi yang rendah - kawal calon untuk bekerja dengan baik sebagai mana seharusnya. Karena 

masalah yang harus dibenahi di negeri ini sangat banyak, jadi tidak perlulah gimmick2 ataupun seremonial2 yang tidak perlu. Pemerintah baru nanti sudah seharusnya fokus ke masalah-masalah yang penting, yang setiap tahun masih terjadi, dan yang berpengaruh di masa mendatang. Misalnya soal korupsi yang sekarang sudah terang2an dilakukan, kemudian mengenai penegakan hukum yang kalau tidak viral tidak bisa dapat keadilan, soal utang pemerintah akibat proyek-proyek mercusuar yang seharusnya perlu dipikirkan agar tidak menjadi beban di masa mendatang. 

Comments

Popular posts from this blog

Contoh Inheritance (Pewarisan) di Java

Review Singkat Pilihan Transportasi Umum Rute Solo - Wonosobo

Contoh Penerapan Interface di Pemrograman Java